Suara TPI Brondong tentang kenaikan BBM

Pemerintah Indonesia berencana menaikkan harga BBM pada 1 April 2012. Bensin yang semula Rp 4.500 per liter akan menjadi Rp 6.000. Begitu juga bahan bakar lainnya.

Setiap hari, media memberitakan tentang penolakan kenaikan ini, dan masyarakat telah turun ke jalan untuk berdemo. "Masyarakat akan semakin resah kalau BBM jadi dinaikkan," kata mereka.

Penolakan juga terlihat di daerah kami, di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong. Tak seorang pun di TPI setuju kalau harga BBM dinaikkan.

Kemarin malam, JTV meliput pelabuhan TPI Brondong secara khusus dalam acara SOROT. Pebisnis ikan Jatmiko, ketika diwawancarai JTV, mengatakan: "Kalau BBM naik ya kasihan para nelayan, karena kami sebagai pembeli belum tentu bisa membeli mahal. Saya cuma dapat membeli seharga semampu pabrik."

Di acara itu, selain para pria, terlihat ibu-ibu yang bekerja ngorek (menyortir) ikan. "Keadaan sekarang saja sudah susah. Malah BBM dinaikkan. Malah jadi apa orang kecil seperti kita ini?" kata seorang wanita.

Khoirul, warga Blimbing yang bekerja di pelabuhan tersebut, mengatakan jika kenaikan BBM ini benar terjadi, maka orang miskin akan makin memprihatinkan, dan hidupnya akan bertambah susah karena pendapatannya tidak stabil dengan pengeluaran.

Tidak itu juga, dalam kesempatan mengobrol di warung kopi TPI Brondong, tempat aku biasa mangkal setiap pagi, aku bertanya kepada Mudi, yang sering membeli ikan untuk pabrik.

Jhony: Kak, apabila kenaikan BBM besok terjadi beneran, apakah harga ikan juga bisa ikut naik?
Mudi: Belum pasti, Jhon. Malah bisa jadi turun.
Jhony: Lo, kok malah gtu? Berarti kasihan dong para nelayan.
Mudi: Na mau gimana, Jhon? Kan harga ekspornya belum tentu naik. Kalau ekspornya gak naik, maka pabrik akan menurunkan harga belinya. Begitu juga sebaliknya.


Obrolan tersebut membawa satu kesimpulan bahwa jika kenaikan harga BBM terus terjadi, maka rakyat akan sengsara, khususnya para Nelayan. Apabila BBM mahal, sudah pasti semua harga makanan pokok ikut mahal. Dan kebutuhan para nelayan sudah tentu akan menaik. Padahal harga ikan belum tentu ikut naik. Hasil tangkapannya juga belum tentu banyak. "Apakah ini gak menyengsarakan rakyat?" tanya salah satu belah nelayan kepada kami.

Knaikan BBM akan menambah jumlah orang miskin. Anda tidak ingin Indonesia dipenuhi orang kere, bukan? Di samping itu pula, kenaikan ini belum tentu bisa mengubah kemajuan perekonomian bangsa. Malah ia mungkin akan memperbanyak kejahatan, seperti pencurian, perampokan, penjualan barang haram, dan pembunuhan terhadap orang lain, atau bahkan terhadap diri sendiri. Sudah cukup kita dengar orang berjenggot bunuh diri dengan bom. Jangan sampai kita dengar nelayan bunuh diri karena BBM, kecuali jika kita ingin citra nelayan -- dan juga citra bangsa -- menjadi buruk.

Maka tidak salah jika masyarakat berkata, "Kenaikan harga BBM itu seperti mencekik leher orang miskin secara perlahan-lahan"

~ Rabu, 28 Maret 2012 0 komentar

Pindah ke planet saja kalau bosan dengan Indonesia

Setiap selesai shalat Jum'at di Masjid Nurul Huda di desa Gowah, sudah jadi kebiasaan bagi jama'ah untuk mengambil buletin agama yang disediakan oleh ta'mir. Di antara buletin tersebut adalah AL-ISLAM, yang diterbitkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sebuah organisasi yang didirikan tahun 1953 oleh Taqiuddin al-Nabhani.

Dan hari ini aku mengambil satu lembar karena menurutku AL-ISLAM menulis judul yang cukup tajam: "Menaikan harga BBM: Menyengsarakan Rakyat."

Berniat membaca di rumah, aku berpapasan dengan pria gondrong dalam perjalanan pulang. Dia membawa buletin sepertiku. "Awas, kalo moco ojo karo mlaku. Entar kesandung lho," kataku dengan guyon pada pria itu.

Pria itu tertawa kecil. Buletinnya ia balik berulang kali. Wajahnya sedikit menegang, menandakan rasa tidak suka pada apa yang ia baca. Ia seperti muak dengan topik pemerintahan yang digembar-gemborkan dalam buletin itu. "Gak taune. Senengane kok bahas pemerintah," kata pria itu.

"Ya iya lah. Wong awak dhewe kan urip nek pemerintahan. Nek pan gak seneng, yo ayo urip nek planet liyo bae," aku menyeletuk, dengan tertawa agak lebar. Pria itu ikut tertawa.

Pria tersebut melanjutkan perjalanan ke rumahnya, dan aku berbelok ke gang untuk pulang.

Pria itu, aku menduga, telah lama merasa jenuh atas radikalisme yang dibawa HTI, yang sebentar-sebentar membahas soal negara. Ini juga sudah jelas bahwa perjuangan HTI bukan memperbaiki akhlak manusia, melainkan mengubah pemerintah.

Di tempatku di desa Blimbing di kabupaten Lamongan, 10% dari seluruh warga telah bergabung dengan HTI. Mereka selalu mengaji di berbagai tempat, baik di masjid, di mushola, bahkan di rumah. Itu hal yang baik, tapi itu sangat meresahkan dan sekaligus membahayakan. Sebab, diskusi yang mereka lakukan seringkali adalah tentang politik, tentang bagaimana memerangi Republik.

Masyarakat sendiri tidak selalu tahu maksud diskusi tersebut, sehingga mereka seolah hanya ikut-ikutan saja. 'Bombongan,' kata orang Jawa -- disuruh begini mau, disuruh begitu mau.

Hizbut Tahrir, yang didirikan di Yerusalem tersebut, adalah organisasi politik. Tujuan dari organisasi ini adalah membentuk peradaban Islam, dengan menyatukan negara-negara Muslim menjadi kekhalifahan tunggal. Mereka menyebutnya Khilafah Islamiah, sebuah sistem yang diatur berdasarkan hukum Islam dan dipimpin oleh seorang khalifah.

Ide seperti ini hanya bagus jikalau mereka hidup dalam satu kelompok saja. Sayangnya, kita hidup secara berdampingan; kita hidup dalam berbagai keragaman. Apabila satu kelompok ingin memaksakan agar kehendaknya diwujudkan, lalu bagaimana dengan kelompok lain? Jika Islam menginginkan khilafah didirikan, bagaimanakah dengan orang Kristen atau Hindu atau Budha? Bukankah mereka juga akan menginginkan jika Indonesia dijadikan negara yang bersistem sesuai dengan agama mereka?

Maka untunglah, perkembangan HTI sangat lambat di Blimbing, desaku yang tercinta. Dan banyak pula orang yang menghindarinya.


~ Jumat, 23 Maret 2012 3 komentar

Pengamen

Seorang pengamen sedang tidur pulas di depan rumahku, ditemani gitar sederhana yang hanya terbuat dari kayu dan karet.

Betapa nikmat ia tidur, seperti rumah sendiri, meskipun ia melakukannya di tempat orang lain yang ia tak tahu pemiliknya. Pengamen ini pasti sedang keletihan karena seharian menelusuri jalan dan bernyanyi di setiap rumah.

Mungkin tidak banyak orang tahu betapa pekerjaan mengamen itu melelahkan, dan hasilnya pun tidak menentu. Bahkan anak dan istrinya sendiri belum tentu tahu bagaimana perjuangan ayahnya mencari nafkah, bagaimana ayahnya tidur seadanya di sembarang tempat.

Sebagai anak, mereka mungkin hanya tahu bahwa ayahnya mendapatkan uang dan bahwa mereka bisa makan dan jajan, tanpa berfikir bagaimana cara ayahnya mencari uang dan berapa yang ayahnya sanggup hasilkan.

Terkadang anak juga malu mengakui bahwa ayahnya seorang pengamen, sehingga ia menyuruh ayahnya untuk berpakaian rapi sebelum pulang. Semoga kita tidak termasuk anak yang seperti itu.

Mulai sekarang, marilah kita berpikir cara menyikapi keadaan. Walapun jenis pekerjaan ada bermacam-macam, janganlah kita lupa untuk saling tahu dan membantu. Kita harus belajar mensyukurinya setiap saat. Tak peduli apapun pekerjaan kita, selama itu tidak melanggar syariat agama, kita nikmati dan kita syukuri saja.


~ Minggu, 18 Maret 2012 0 komentar

Wanita bercadar dihajar oleh suami

Seorang wanita bercadar di Blimbing dihajar habis-habisan oleh suaminya hingga terluka parah dan dilarikan ke Pusat Kesehatan Umum (PKU) di
kecamatan Paciran pada hari Jumat.

Oleh masyarakat setempat, pasangan suami istri ini dikenal sebagai pengikut kelompok garis keras. Sang istri, Sukidah, 35 tahun, sebelumnya ditinggal oleh suaminya, Huda, selama lebih dari dua bulan untuk mondok di sebuah pesantren.

Sehari setelah suaminya kembali, terjadi pertikaian di rumahnya, dan Sukidah dipulangkan ke ayahnya di dusun Gowah oleh Huda. Ayahnya kaget melihat putrinya dalam keadaan lemah dan memar, dan ia langsung dibawa ke rumah sakit.

Saat ditanya ayahnya kenapa ia jadi begini, Sukidah menjawab bahwa ia telah dipukuli suaminya. Sang ayah tidak terima dan kemudian melapor ke kepolisian setempat. Suami Sukidah kini ditahan.

Seperti kita semua ketahui, rumah tangga sakinah mawadah warahmah adalah dambaan setiap Muslim. Wanita yang bercadar dan laki-laki yang berjenggot seperti suami Sukidah kerap menjadi cerminan Muslim yang baik. Dan barangkali, mereka juga terlihat khusuk ketika beribadah, sehingga banyak orang menyangka keluarga semacam itu adalah sempurna dan patut ditiru.

Namun dengan kejadian diatas, kepercayaan orang awam pada jenggot dan cadar seakan terhapuskan. Dan sebab itulah, pikiran masyarakat Gowah mulai tertanamh satu pandangan bahwa cadar dan jenggot tidak selalu menjadi ukuran untuk keluarga yang baik.

~ Sabtu, 17 Maret 2012 0 komentar

Suasana di TPI Brondong

Pantai Lamongan sedang kedatangan angin kencang dalam beberapa minggu terakhir, sehingga nelayan pensiun untuk sementara.

"Mungkin seminggu lagi baru berlayar," kata Anin, seorang juragan nelayan di desa Gowah.


Akibat badai di laut yang belum mereda, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong menjadi sepi. Itu adalah situasi yang berbeda dengan hari sebelumnya.

Beberapa hari lalu, sambil aku jalan-jalan di TPI, aku melihat pria paruh baya merenung di tepi sambungan perahu, duduk menghadap utara. Dia menatap ombak besar yang bercampur angin di samudera. Secara diam-diam, aku menjepret dia dengan Sony Ericssonku.


Selain pria perenung di tepi laut, aku juga melihat sejumlah staf TPI sedang melihat-lihat ikan. Sebagian menimbang. Sebagian mengukur panjang ikan, dan sebagian lainnya mencatat. Dan sekali lagi dengan diam-diam, aku menjepret orang-orang tersebut. Aku sempat menanyakan kenapa mereka melakukan itu, hal yang sebelumnya tidak ada. Kata mereka: "Ini baru diadakan penelitian dan pemantauan. Takutnya ada ikan yang berformalin."



Pemakaian formalin memang kerap terjadi di TPI Brondong. Maka dengan pemantauan tersebut, aku sedikit gembira. Sebab, pemeriksaan seperti ini sangat jarang atau mungkin hampir tidak pernah dilakukan. Nelayan di desa Brondong, Blimbing dan sekitarnya harusnya memiliki kesadaran bahwa formalin membawa bahaya yang cukup besar, dan aku yakin jika para nelayan itu disuguhi ikan yang mengandung formalin, mereka tentu menolak memakannya.


~ 0 komentar

TPA Ribathul Muslimin

TPA Ribathul Muslimin terletak di dusun Gowah, desa Blimbing, kecamatan Paciran, Lamongan.

Foto di atas adalah suasana kelas saat seorang ustadzah tengah mengajar. Keadaannya memang sedikit amburadul, namun itu bisa dimaklumi dan sudah cukup lumayan untuk ustadzah baru sepertinya. Dua hari lalu, ia masuk mengajar untuk pertama kali, dan saya memantaunya setiap hari.

Saya percaya seiring waktu, ia akan semakin baik. Dan untuk anda yang baca artikel ini, saya mohon doanya demi perbaikan TPA Ribathul Muslimin.

~ Jumat, 09 Maret 2012 0 komentar

Masjid Baitur Rahim

Masjid BaiturrahimMasjid Baitur Rahim adalah salah satu masjid yang cukup bagus yang terletak di desa Dengok, kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Suasananya yang nyaman menjadikan masjid ini sebuah ampiran bagi orang dalam perjalanan jauh.

Di Baitur Rohim, selain beribadah, kita bisa menikmati pemandangan laut dengan angin yang sepoi-sepoi tepat di sebelah utara masjid. Sungguh keindahan alam yang agung, dan pengingat atas kebesaran Allah.

Masjid Baitur Rohim yang dikelilingi laut, kuburan dan jalan raya ini dibangun sekitar tahun 1990 dan direnovasi tahun 2005. Pada tahun 2008, masjid ini diresmikan secara langsung oleh K.H. Amien Rais.

Jamaah di Baitur Rahim cukup banyak karena selain orang Dengok, warga luar desa seperti Blimbing, Kandang Semangkon -- dan ditambah para musyafir -- kerap melakukan shalat di masjid tersebut.

Jika anda penasaran dengan tempat ibadah yang memiliki arsitektur sederhana namun indah ini, silahkan sekali-kali mampir atau berjamaah di masjid tersebut, di jalan raya Deandles, sekitar tiga kilometer dari Wisata Bahari Lamongan.


~ Senin, 05 Maret 2012 0 komentar

Aneh, hari larangan makan nasi

Sejak padi ditemukan dan diketahui bisa diolah untuk dimakan, manusia mulai mengonsumsi nasi. Dan itu kemudian menjadi kebiasaan, atau bahkan kebutuhan. Kebiasaan ini lalu berubah menjadi hal yang sulit ditinggalkan. Sangat sulit, sekalipun untuk satu hari saja.

Di Depok, Jawa Barat, wali kota mengeluarkan surat pengumuman kebijakan untuk kecamatan Pancoran Mas yang menyebutkan bahwa pada tanggal 10 Februari 2012, pedagang dilarang berjualan nasi selama satu hari di lingkungan pemerintah.

Menurut wali kota Depok, program satu hari tanpa nasi ini akan diperluas ke semua masyarakat, bukan hanya di lingkungan pemerintah saja. Pedagang akan dianjurkan untuk menjual makanan yang menggunakan bahan baku selain beras. Para warganya pun dilarang makan nasi.

Namun banyak masyarakat tidak setuju. Mereka berpikir ini adalah larangan yang aneh. Sebuah koran besar di Jakarta membuat satu kritikan pada rubrik pojoknya: "Setelah larangan makan nasi, suatu hari nanti akan ada larangan untuk bernafas."

Nah bagaimana menurut anda, yang setiap hari makan nasi tapi tiba-tiba dilarang?

~ 0 komentar