Lomba mewarnai sekecamatan




Suasana peringatan hari Kartini masih terasa di Blimbing, dengan penyelenggaraan lomba mewarnai sekecamatan Paciran. Murid TK dan SD, yang dipilih dari masing-masing sekolah, mengikuti acara ini.

Perlombaan bertempat di SDN 1 Blimbing, Paciran, kabupaten Lamongan. Peserta sangat antusias dan ramai. Semua anak yang rata-rata berusia lima tahun itu mewarnai gambar ibu Kartini dengan begitu bersemangat sehingga lelahpun tak terasa bagi mereka. Dalam kesempatan itu, sambil anak-anak tersebut menuangkan kreatifitas mewarnai, aku memotretnya dengan gaya yang berbeda.

Guru SD di tempat tersebut berharap ini dapat memicu kreatifitas dan bakat anak, bukan hanya sekedar bermain atau besenang-senang. Selain itu, ini juga dapat membantu mereka mengenal sosok Kartini.

Sebelum perlomban dimulai, beberapa murid menampilkan tari-tarian. Mereka berlenggak-lenggok kayak kodok di tengah lapangan sekolah.

Perlombaan berlangsung dari pukul 9 hingga 11 siang, namun pemenang belum dapat diumumkan hari itu. Kata salah satu penonton, pemenang akan dihubungi melalui sekolah masing-masing.

~ Kamis, 26 April 2012 0 komentar

Peringatan hari Kartini













Setiap tanggal 21 April, kita mengenang Kartini, sebagai pelopor kebangkitan perempuan Indonesia. Dan warga desa Blimbing di kabupaten Lamongan tidak pernah lupa hari bersejarah itu. Diikuti terutama oleh murid sekolah Taman Kanak-kanak (TK), acara arak-arakan diadakan setiap tahun di desa itu, seperti halnya perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI).

Perayaan kali ini diselenggaran oleh SD Islam Sultan Agung, sebuah sekolah swasta di Gowah, Blimbing. Satu kelompok drumband kanak-kanak memeriahkan acara itu, dan sekolah-sekolah lainnya juga turut ambil bagian. Meskipun hanya diikuti oleh ratusan peserta, arak-arakan itu cukup mencuri banyak perhatian penonton. Wajah anak-anak, yang dipoles begitu lucu, didandani dengan busana Jawa, dengan blangkon dan konde, menambah kegembiraan bagi masyarakat Blimbing.

Walaupun anak-anak belum mengerti sejarah dari hari tersebut, tapi mereka begitu bersemangat, seperti semangatnya Kartini yang memperjuangkan hak wanita di indonesia.

Acara serupa juga diadakan di desa tetangga Dengok. Mungkin di daerah lain juga. Bagaimana dengan tempatmu?

~ Sabtu, 21 April 2012 0 komentar

Masjid bersejarah dibakar

Innalillahi wainna illaihi roji'un.
Subhanallah. Masjid bersejarah telah dibakar Jum'at, 13 April 2012, seperti kukutip hurriyetdailynews.com.

Masjid bersejarah Koprulu Aga Haci Ibrahim, di Limasol, Siprus, Yunani telah dibakar dengan menggunakan bensin oleh pelaku yang tak dikenal.
Sebagian atap runtuh dan semua karpet hangus. Yang sangat disayangkan adalah benda-benda bersejarah seperti nisan juga ikut pecah.

Menurut kepolisian setempat, belum satupun pelaku ditangkap, namun mereka menduga pelaku pembakaran ini adalah anak-anak muda. Polisi setempat menjelaskan bahwa 15 hari yang lalu sebelum masjid itu dibakar, sudah pernah ada kelompok yang tak dikenal menyerang.

Sebagai Muslim, bagaimana anda merasakan ini? Bagaimana perasaan anda saat mendengar Masjid, tempat ibadah anda, dibakar. Apakah anda berpikir bahwa perasaan umat Kristen juga akan sama seperti anda ketika tempat ibadah mereka dihancurkan? Sudah tentu, perasaan kita semua sama.

Ketiadaan toleransi membuat anda kehilangan rasa menghargai dan akhirnya menciptakan dendam.



~ Senin, 16 April 2012 0 komentar

Pentingya Toleransi

Hilangnya toleransi telah kita rasakan sejak lama di Indonesia, di sebuah negara yang mengaku "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Setiap orang membenarkan keyakinan, tanpa mendengarkan pendapat orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, di desa seperti Blimbing ini, sikap saling menghargai sudah tiada, baik antar sesama agama maupun antar lain kepercayaan, baik antar golongan maupun antar tetangga.

Ini semua menciptakan kehidupan yang kacau, menimbulkan kejahatan dan pembunuhan. Sebab, hilangnya toleransi sama artinya dengan musnahnya nurani. Dan ini telah terjadi pada abad ini.

Padahal semua agama, baik Islam, Kristen maupun Budha, mengajarkan untuk menghormati. Sikap menghargai itu begitu penting bagi kehidupan karena ia akan menghadirkan kerukunan dan perdamaian. Maka dari itu, mari kita junjung kembali toleransi yang hilang ini, toleransi dalam semua aspek kehidupan.

Bukankah semua perbedaan itu adalah kehendak Allah? Dalam surat Al-Maidah ayat 48, Allah berfirman "...Allah hendak menguji kamu atas pemberiannya kepadamu, maka berlomba-lombalah untuk mencari kebajikan..."

Setiap orang disuruh berlomba dalam meraih keridhoan sang Illahi (fastabiqul khairot), bukan memaksa orang lain untuk berbuat kebajikan, juga bukan menyalahkan dan membenarkan diri sendiri seolah-olah kebajikan yang dilakukannya itu paling sempurna.

Salah satu contoh dari sikap pembenaran adalah menganggap ibadah kita paling baik dari pada orang lain. Padahal bagi Allah, itu belum tentu demikian.

Dalam ayat lain, Allah juga menjelaskan bahwa Islam sendiri mengajarkan toleransi.

"Bahwa tidak ada paksaan dalam beragama" (Al-Baqarah: 256).

"Bagimu agamamu dan bagiku agamaku" (Al-Kafirun: 6).

Itulah bukti bahwa islam sebenarnya menjunjung toleransi, sikap yang diperlukan semua manusia. Perbedaan antar suku, ras, golongan dan agama tidak seharusnya memecah persaudaraan seperti sekarang. Perbedaan akan selalu ada sampai hari kiamat, seperti adanya bulan dan bintang, langit dan bumi, siang dan malam, yang merupakan ciptaan dan ketetapan Tuhan. Begitu pula kita, manusia. Kita selalu berbeda.

Marilah berpikir secara jernih dan mulai menumbuhkan rasa menghargai di negeri yang sudah kisruh ini. Dengarkan hati nurani anda. Bayangkan betapa indahnya jika anda memiliki jiwa yang lebih bisa menerima perbedaan. Karena kita adalah "Bhineka Tunggal Ika"


~ 0 komentar

Ular langka usai gempa

Seusai gempa 13 Maret di Aceh, warga geger dengan penemuan ular langka dan unik. Pada kepala ular tersebut, terdapat lafaz Innallah. Ular itu berukuran panjang 50cm, dan kepalanya sebesar jempol orang besar.

Seorang warga menemukan binatang tersebut di bawah atap genteng saat ia membesihkan kandang sapi. Ular itu diserahkan pada pak Ayub dan kini disimpan di dalam toples kaca. Pak Ayub menjelaskan bahwa ia telah memperlihatkan ujar tersebut kepada Abi Syaifudin, salah satu tokoh masyarakat Aceh.

Pengunjung baik dari Aceh timur maupun Aceh barat membanjiri tempat penyimpanan ular.

Mungkin ini mengingatkan kita semua bahwa musibah apapun, besar maupun kecil, adalah kehendak dan kekuasaan Allah agar kita senantiasa ikhlas dan sabar dalam menghadapinya.


~ 1 komentar

Keyboard Komputer unik, berbentuk mesin tik


Kita tahu mesin tik yang dulu sempat populer di tahun 90-an. Semua orang memakainya. Ia digunakan oleh mahasiwa untuk menulis skripsi atau oleh pejabat kelurahan untuk membuat surat.

Dengan perubahan zaman yang serba canggih, mesin tik ala 90-an itu mulai punah.

Dalam kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi yang kita rasakan, semua seakan telah berubah. Tik beralih ke komputer. Telepon rumah berganti telepon genggam. Namun meskipun demikian, janganlah sampai kita melupakan zaman yang kita sudah lalui. Seperti baru-baru ini, kita dikejutkan oleh hasil kreatifitas seorang Jack Zylkin, pemilik toko Esty yang membuat keyboard komputer berbentuk "mesin tik". Ini merupakan bentuk yang unik. Mesinnya canggih namun bentuknya kuno.

Keyboard berbentuk mesin tik ini dapat bekerja seperti Keyboard pada umumnya. Namun uniknya, keyboard tersebut dilengkapi tempat kertas yang dapat diketik seperti zaman dulu. Bunyi tiknya pun sama. Kita benar-benar dibawa ke masa lampau meskipun kecanggihannya adalah masa sekarang.

Keybord unik ini ditawarkan seharga $699 sampai $849, atau kurang lebih 6 jutaan sampai 8 jutaan, seperti yang dikutip Tomshardware.

Meskipun tawaran ini sedikit mahal, namun kita patut menghargai bahwa harga segitu cukuplah murah dibanding ide kreatifnya.

~ Rabu, 11 April 2012 0 komentar

Siswa kehilangan pendengaran setelah ditampar guru

Modernisasi zaman ternyata tidak bisa menghilangkan kejadian usang. Seorang Guru yang memukul murid sampai terluka merupakan guru yang kurang profesional, dan ini telah terjadi di Pamekasan.

Ahmad Fakih, yang adalah ketua kelas di sekolahnya di Pamekasan, telah kehilangan pendengaran sebelah setelah ditampar guru Geografi.

Berikut cerita Fakih:

"Sebelum guru itu masuk, kami diajar Matematika. Kebetulan guru Matematika itu selesainya lebih 10 menit. Setelah itu masuklah guru Geografi. Aku masih menyelesaikan tulisan matematikaku yang kurang sedikit. Tiba-tiba aku dilempar penghapus dan aku menyudahi tulisanku. Dia mendekatiku dan menampar aku.

Sebenarnya kejadian ini terjadi 3 Maret. Namun saat ini semakin lama telingaku semakin sakit. Kemudian oleh orang tuaku, M. Masykur, aku diperiksakan ke poliklinik RSD Dr. Slamet Matodirdjo, Pamekasan. Dokter mengatakan kendang telingaku pecah. Pendengaranku rusak.
Aku jadi sasaran mungkin karena aku ketua kelas."


Saat ini belum jelas bagaimana ini bisa terjadi, namun Moh. Masykur berharap guru yang berbuat itu harus secepatnya diberi sangsi oleh sekolah. "Jika tindakan itu tidak cepat dilakukan, maka kami akan melaporkan ke polisi," kata ayah Fakih dengan tegas.

Hal seperti ini mungkin terjadi di daerah-daerah yang belum tentu diketahui oleh masyarakat luas. Lalu bagaimana nasib anak-anak kita yang kebetulan diajar oleh guru semacam itu?

Inilah kurangnya perhatian dan pengertian guru. Gelar guru hanyalah jabatan, hanya dibuat alat mencari uang, dan bukan bentuk pengabdian. Semoga kita kita terhindar dari hal semacam itu.

~ 0 komentar

[Kisah nyata] Pemulung gendong mayat anaknya karena tak bisa bayar Ambulans



Penumpang kereta api listrik jurusan Jakarta-Bogor geger sebab mereka tahu bahwa pemulung 38 tahun, yang bernama Supriono, telah menggendong mayat anaknya Khairunnisa, 3 tahun. Hari itu, ia hendak membawa Khairunnisa ke kampung Keramat, Bogor. Tapi karena ia dicurigai melakukan kejahatan, Supriono dipaksa turun dari kereta di stasiun Tebet dan langsung dibawa ke kantor polisi.

Di kepolisian, pria tersebut mengatakan si anak telah meninggal karena penyakit muntaber.

Mendengar pengakuan itu, polisi tidak begitu saja percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah ke rumah sakit untuk di Autopsi.

Ketika jenazah telah tiba di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khairunnisa sudah empat hari terserang muntaber.

"Saya hanya sekali membawa khairunnisa berobat ke puskesmas di kecamatan Setiabudi. Meski biaya hanya Rp 4.000 tapi saya hanya pemulung kardus dan plastik di jalan, yang penghasilannya hanya Rp 10.000 per hari." Ujar bapak dua anak yang mengaku tinggal di kolong lintasan rel kereta api di Cikini itu.

Dengan keadaan seperti itu, dan dengan kebiasaan sakit yang dialami orang miskin, Supriono hanya berharap anaknya bisa sembuh dengan sendirinya.

Khairunnisa, selama sakit, terkadang masih ikut ayah dan kakaknya Musriki Sholeh untuk memulung di Manggarai hingga Salemba, meski ia hanya terbaring di gerobak ayahnya.

Dan karena tidak kuasa melawan penyakitnya, Khairunnisa meninggal dunia di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang lusuh, dan di sela-sela kardus yang kotor.

Tak ada siapa-siapa kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan musriki termangu. Bersama mereka, hanya ada uang Rp 6.000, yang tak mungkin cukup untuk beli kain kafan bagi mayat si kecil, apalagi untuk menyewa Ambulans.

Sementara Khairunnisa masih terbaring di gerobak, sang bapak mengajak Musriki berjalan mendorong mayat adiknya dari Manggarai hingga ke stasiun Tebet.

Pukul 10 pagi, gerobak sampai di stasiun. Sarung yang sedikit kotor digunakan untuk membungkus mayat Khairunnisa. Wajah dan kepalanya sengaja dibuka agar orang-orang tahu bahwa anak itu sudah menghadap sang Khaliq.

Sambil tangannya menggendong mayat, Supriono menuju Kereta Api, dan seorang pedagang keliling tiba-tiba menghampiri dan menanyakan apa yang dibawanya. Supriono menjelaskan bahwa anaknya meninggal dunia dan ia akan membawanya ke Bogor untuk dimakamkan. Mendengar kata "meninggal dunia" dari mulut Supriono, penumpang lainnya spontan kaget. Mereka langsung berkerumun. Supriono dibawa ke kantor Polisi Tebet.

Setelah beberapa pertanyaan terhadap Supriono, polisi menyuruhnya membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang Ambulans hitam. Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.

Supriono hanya bisa bersandar di tembok ketika ia menantikan surat permintaan pulang dari RSCM.

Muriski, sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya sudah tidak bernyawa, masih terus bermain. Ia sesekali memegang tubuh adiknya.

Pukul 4 sore, petugas akhirnya mengeluarkan surat. Dan lagi-lagi karena tidakadanya uang untuk menyewa Ambulans, Supriono harus berjalan kaki dan menggendong mayat anaknya sambil menggandeng Muriski.

Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan Air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.

Sartono Muladi, seorang psikolog, menangis mendengar cerita tersebut. Ia mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa tragis itu. Dan ini juga merupakan renungan bagi kita semua dan sebagai tamparan untuk Bangsa dan Negara Indonesia ini.

~ Kamis, 05 April 2012 1 komentar