Si kaya dan si miskin

~ Sabtu, 28 Juli 2012

Saya lewat di depan sebuah warung di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong, dan seorang bos ikan sedang duduk di papan bambu. Sepintas, warung tersebut tampak tutup, tapi didalam, ia berjualan seperti biasa, sehingga orang bebas makan atau minum kopi, meskipun mereka harus menikmatinya secara diam-diam.

Seorang pelanggan keluar dari warung. Ia berpapasan dengan bos ikan itu, dan terjadilah percakapan. Untuk menutupi identitas, saya akan inisialkan bos dengan N dan pelanggan warung dengan K.

N: Hai, orang mlarat. Kok tidak pernah puasa?
K: Hai, wak kaji. Mending aku tidak puasa, daripada orang kaya tidak puasa.
N: Lho aku ini puasa. Jangan seenaknya menuduh. Kalau kamu kan sudah jelas. Baru saja kamu keluar dari warung makan. Dinasehati kok gak terima.
K: Saya tidak menuduh anda. Orang kaya kan banyak. Mungkin mereka ada juga yang gak puasa.
N: Dibilangin malah bantah. Sudah mlarat, gak puasa, kere pula.
K: Puasa atau tidak itu terserah saya. Dasar sombong.

Percakapan diatas menggambarkan betapa orang kaya di Blimbing dan Brondong memandang rendah orang yang lebih miskin, sehingga mereka ngomong sakenake dhewe.

Ia seperti menasehati, tapi nyatanya itu menjadi olok-olok dan perendahan martabat. Mestinya apabila kita ingin menegur orang atas ketidakpuasaannya, kita tanya ia dengan baik-baik, minta dengan sopan untuk mengungkapkan apa alasan ia tidak berpuasa, tanpa menyinggung perasaannya.

Untuk itu, pembaca sekalian, khususnya teman yang sudah berkelebihan harta maupun yang baru menuju kaya, janganlah kalian menyombongkan diri. Jikalau kalian hendak menasehati, lakukanlah dengan cara yang lebih sopan, dan berusahalah untuk tidak menyinggung perasaan lawan bicara.

Salah satu tujuan diutusnya Rasulullah Muhammad SAW adalah sebagai penyempurna akhlak bagi umat Muslim. Beliau bersabda:

"Tidak sempurna iman seorang Muslim kecuali orang yang baik budi pekertinya (berakhlakul karimah)."

0 komentar:

Posting Komentar