Aviza Zafarani: Aku terlahir prematur dengan berat 150gram (bag. 1)

~ Minggu, 26 Agustus 2012
Aku dikandung ibuku penuh kasih sayang dan diharapkan lahir dalam sembilan bulan. Namun pada bulan kedelapan, aku sudah melihat dunia walau dalam beberapa jam.

Kamis, 23 Agustus 2012: Siang itu perut ibu sakit. Dan pada saat yang sama ayah sedang di luar kota, di Gresik, untuk sebuah keperluan. "Sabar dulu ya. Sebentar lagi pulang kok," tulis ayah setelah membaca SMS ibu.

Pukul empat sore, ayah tiba di rumah. Ia segera mandi dan shalat, dan ibu menawari sesuatu yang bisa kudengar dari dalam rahimnya. "Mas, makan dulu, ya," kata ibu.

"Ya, Bu. Sekalian buatkan kopi."

Menahan sakit di perutnya, ibu menyiapkan sepiring nasi dan secangkir kopi untuk ayah, menemaninya minum beberapa teguk, namun nyeri dalam perutnya tak kunjung sembuh.

"Nanti aku pijat punggung kamu setelah kita jamaah Maghrib ya, Bu." Adzan pun berkumandang dari masjid Nurul Huda. Ayah dan ibu shalat berjamaah.

Setelah selesai shalat dalam ruangan kecil yang mereka bagi berdua, ibu merasakan sakit yang bertambah, dan ayah bingung harus berbuat apa, tiada menduga jika aku akan lahir. "Ke tukang pijat saja, Mas," kata ibu.

Maka dibawalah ibu ke tukang pijit terdekat, di mana antrian berjejer sangat banyak. Tak sanggup menunggu lama, ayah usul untuk ke rumah bidan saja, yang hanya 30 meter dari rumah kami. Mereka tiba di rumahnya dalam lima menit. Tapi sayang sekali, karena saat itu masih suasana lebaran, ayah tak dapat menemui ibu bidan; ia keluar untuk silaturrahmi.

Ayah semakin risau melihat penderitaan ibu. Ia berusaha menelpon, tapi ponsel ibu bidan berada di rumahnya, tidak ia bawa. Sakit di perut ibu bertambah hebat, dan darah pun mengalir, dan ibu masih saja menunggu, selama hampir setengah jam, sampai bidan itu datang.

"Lho, kenapa ini? Mari masuk ke ruang perawatan," ia berkata saat menyaksikan ibu dan ayah kepanikan di rumahnya. Setelah memeriksa beberapa saat, ia menganjurkan agar ibu dibawa ke rumah sakit.

Ayah bingung untuk menyewa kendaraan. Tidak satupun mobil bisa dipakai, sampai pada akhirnya, ibu bidan menelpon ambulan.

Aku menendang-nendang dari dalam perut ibu. Aku mendengar sirine dan merasakan goncangan ambulan yang melaju menuju Rumah Sakit Umum Tuban.

Di rumah sakit, dibantu dokter dan suster, pada pukul 11 malam, saat ayah berada dalam puncak kecemasan, aku berhasil dilahirkan.

Dokter mengatakan kelahiranku adalah prematur, dengan berat 150gram. Aku dimasukkan inkubator. Tapi aku bahagia karena melihat ibu baik-baik saja.

Aku merasa keadaanku pun baik. Di sekelilingku, aku menyaksikan senyum bahagia dari ayah, ibu dan nenekku. Ayah melantunkan adzan dan iqomah di telingaku, dan mataku melirik kesana-kemari, dengan keingintahuan atas siapa sebenarnya semua orang ini yang begitu perhatian padaku.

Saat ayah keluar dari ruanganku, aku menangis kencang. Mungkin ayahku juga mendengar tangisanku. Itu adalah tangisan pertamaku, tangisan yang kuteriakkan ketika ibu tersenyum bangga padaku dalam pembaringannya.

Dan sambil aku menangis riuh di dalam, ayah menunggu terdiam diluar. Sampai terbit fajar.

BACA JUGA:

1 komentar:

lane hemings mengatakan...

"Selamat siang Bos 😃
Mohon maaf mengganggu bos ,

apa kabar nih bos kami dari Agen365
buruan gabung bersama kami,aman dan terpercaya
ayuk... daftar, main dan menangkan
Silahkan di add contact kami ya bos :)

Line : agen365
WA : +85587781483
Wechat : agen365


terimakasih bos ditunggu loh bos kedatangannya di web kami kembali bos :)"

Posting Komentar