Kisah pendekar GAJAH BELANG

~ Rabu, 14 April 2010
Joko Samudro adalah pendekar dari Sampang, Madura. Ia diutus oleh gurunya untuk menyebarkan agama Islam di daerah pantura di Jawa Timur, tepatnya di Lamongan.

Selama di Lamongan, ia tinggal di Blimbing, sebuah desa yang terkenal dg kekayaan ikan dan nelayannya. Hari-harinya Joko Samudro, selain berdak'wah, juga dihabiskan dengan melaut.

Suatu ketika ia bertemu putri Sedayu, anak raja Kisedayu dari kerajaan Panembahan, sebuah kerajaan di suatu tempat (sekarang bernama Sedayulawas) yang tak jauh dari desa Blimbing. Melihat kecantikan putri Sedayu, Joko Samudro bermaksud untuk meminangnya.

Saat ia pergi melamar sang putri, gunung Menjuluk di selatan kerajaan tengah meletus dan mengeluarkan lahar yang tidak henti-henti. Oleh Kisedayu, Joko Samudro diberikan syarat. "Jika kau mampu menutup lahar yang keluar dari gunung Menjuluk itu, kau boleh meminang putriku," kata sang raja.

"Saya akan penuhi syarat itu. Tunggu sampai satu bulan. Saya akan pergi menutup lahar gunung Menjuluk itu," jawab Joko Samudro.

Kemudian Joko Samudro bertapa di desa Blimbing selama satu bulan. Ketika bangun dari pertapaan, ia langsung pergi ke gunung Menjuluk untuk menutup laharnya. Karena letusan lahar api yang panas berkobar itu, sekujur tubuhnya melepuh. Beruntung usahanya telah berhasil.

Setelah berhasil memenuhi syarat sang raja, ia pun pergi melamar sang putri dan menagih janji Kisedayu. Namun melihat tubuh Joko Samudro yang penuh luka dan belang, Putri Sedayu menolak lamarannya. Dengan rasa kecewa, Joko Samudro menyumpah putri Sedayu, "Selepas aku pergi dari sini, kau tidak akan pernah bisa menikah seumur hidupmu. Semua laki-laki akan menjauh darimu."

Joko Samudro kembali ke desa Blimbing. Ia memutuskan untuk tidak menikah dengan siapapun dan bertapa seumur hidupnya. Penduduk kerajaan Panembahan mencari Joko Samudro untuk berterima kasih karena sudah menyelamatkan desa Sedayu. Namun sesampai di Blimbing, mereka hanya bertemu jasad lelaki belang itu. Penduduk Sedayu berbondong-bondong ikut mengubur jasad Joko Samudro.
Orang Blimbing terkejut dan merasa heran kenapa orang-orang Sedayu berbondong-bondong ikut mengubur Joko Samudro. Salah satu penduduk Sedayu menjelaskan bahwa pemuda itu pernah berjasa menyelamatkan desa mereka dari bencana gunung meletus. Ia sangat kuat seperti gajah, dan bahkan ia rela badanya terkena letusan api hingga menjadi belang-belang. Maka dari itu sebagai rasa terima kasih, penduduk Sedayu berdatangan ke Blimbing untuk ikut memakamkannya.
Dari situ pula, penduduk Sedayu dan Blimbing sepakat memberi julukan Joko Samudro sebagai pendekar Gajah Belang.

Sekarang makam sang pendekar berada di desa Blimbing, kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

emmm bagus tapi tholong buat yang lebih lengkap kisahnya buat referensi ni

Cerita Hidup mengatakan...

Kak kok ada versi lain dimana putri Sedayu itu kekasihnya gajah belang

Posting Komentar